Sabtu, 14 Agustus 2010

tambahan info Kutipan artikel dari Rolling Stones Indonesia

STRANGERS IN THEIR LAND

Oleh Wendi Putranto

Yang menyedihkan, 50 tahun sejak pertama kali menggebrak dunia dengan Indorock, The Tielman Brothers hingga kini masih menjadi nama yang asing di tanahair mereka sendiri.

"Saya sangat rindu dengan saudara-saudara saya. Jika sedang berada di atas panggung saya selalu merasa mereka masih mendampingi saya. Itu makanya saya selalu membuka konser dengan memainkan lagu ‘Guitar Boogie' sebagai penghormatan bagi The Tielman Brothers. Lagu dari tahun 1951 ini merupakan lagu pertama yang kami gubah dan mainkan dengan gaya rock & roll. Saya akan terus memainkan lagu ini hingga akhir hayat saya nanti," ujar Andy Tielman, gitaris sekaligus eks-frontman The Tielman Brothers di tahun 1998.

Bersama kakak tertuanya, Reggy Tielman, ia merupakan figur yang tersisa dari kejayaan musikal keluarga Tielman. Tiga orang saudara mereka tercinta, Ponthon, Loulou dan Jane Tielman telah meninggal dunia dengan tenang sebelumnya. Jane wafat pada tahun 1993 dan Loulou menyusul setahun kemudian di Australia. Ponthon sendiri wafat di Jember, Jawa Timur pada tahun 2000 silam.

Publik Belanda kerap menjuluki Andy Tielman sebagai "The Godfather of Dutch Rock & Roll" sementara bagi para penggemar Indorock ia disebut sebagai "The Uncrowned King of Indorock." Dua tahun yang lalu atau tepatnya 11 Juni 2005, Andy Tielman bahkan sempat menerima penghargaan bergengsi Order of the Orange-Nassau dari pemerintah Kerajaan Belanda atas jasa-jasanya.

Semua ini berkat dedikasi dan inovasi Andy yang sangat besar bagi perkembangan kultur pop di Belanda. Jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page atau Ritchie Blackmore mempopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi, di belakang kepala atau di belakang badan, Andy Tielman telah memperkenalkan aksi akrobatik legendaris ini sejak tahun 1957 bersama The Tielman Brothers.

Kabarnya, atraksi akrobat gitar Andy Tielman yang jauh mendahului jamannya ini sempat membuat George Harrison, gitaris The Beatles mengidolakan dirinya. Konon, George di akhir ‘60an via majalah ROLLING STONE sempat menjuluki Andy Tielman sebagai "Andy, the Indo-Man" setelah terkesima menyaksikan Andy memainkan komposisi instrumental "Java Guitars" di Top To Club. Kebetulan The Beatles juga mengawali karir mereka sama halnya dengan The Tielman Brothers yaitu manggung dari klub satu ke klub lainnya di seputaran Hamburg, Jerman.

Walau fakta membuktikan bahwa The Beatles dan The Tielman Brothers tidak pernah manggung bersama di bawah satu atap, namun pengaruh musik anak-anak muda tanahair ini agaknya cukup besar. Di dalam buku Dangerous Crossroads karangan George Lipsitz (September 1998) sempat dijelaskan bahwa, "Penampilan rock & roll dan aksi akrobat The Tielman Brothers mendapat perhatian besar. Mereka memainkan gitar dan bass dengan kaki dan gigi. Bahkan terkadang memainkannya di belakang kepala. Aksi ini menuai popularitas di Eropa hingga akhirnya mereka memiliki massa penggemar fanatik sendiri di Hamburg, Jerman, tempat dimana mereka mungkin membawa pengaruh penting pula bagi awal karir The Beatles!"

Pengaruh Andy Tielman dan The Tielman Brothers ternyata tak hanya sebatas itu. Inovasinya bagi perkembangan gitar listrik juga cukup diakui dunia. Seperti ditulis oleh seorang peneliti asal Belanda, Cees Bakker:

"Pada tahun 1961 Andy Tielman dan gitaris lainnya di band (The Tielman Brothers) menukar gitar mereka dari Gibson Les Paul menjadi Olympic White Jazzmasters, diduga karena ia merasa terlalu berat menyandang gitar Les Paul. Ternyata Andy mendapati sound gitar barunya terlalu tipis, ia pun memutuskan untuk memodifikasi sendiri gitar Jazzmasternya menjadi bersenar 10.... Ketika Andy berhasil mendapatkan sound baru dari gitarnya semua orang pun penasaran. Untuk beberapa saat saat manggung ia sempat menutupi kepala gitarnya dengan handuk. Hal ini tidak bertahan lama, penemuannya ini kemudian diikuti oleh band-band lainnya. Perusahaan gitar Fender bahkan sempat mengirimkan seorang perwakilan mereka untuk melihat gitar unik Jazzmaster 10 senar milik Andy namun agaknya mereka tidak mencapai kesepakatan kerjasama."

Grup Band Rock Indonesia yg ditonton Beatles

Siapa bilang musisi indonesia tak bisa menjadi pelopor dalam dunia musik tingkat internasional? The Tielman Brothers adalah jawabannya. band rock lawas asal Maluku yang kini mulai terlupakan itu, ternyata mempunyai segudang prestasi dan berpengaruh pada kehidupan musik di Eropa terutama di Belanda. siapa bakal menjadi The Tielman Brothers berikutnya?

Para rockmania Indonesia saat ini tentunya sedang membicarakan tentang kesuksesan band luar negeri dan terpesona olehnya. Sebut saja Metallica, Slipknot, Dragon Force, Korn dan lain sebagainya. Siapa yang tak kenal mereka akan dianggap kurang mengerti atau kurang gaul dalam informasi musik saat ini. Dan kalau berbicara tentang siapa bintang dan band rock tertua di dunia, dalam benak kita pasti membayangkan The Beatles, The Rolling Stones atau Elvis, Fats Domino, Bill Haley, dan lain-lain.

Namun, sebenarnya ada satu band rock lawas yang terlewatkan. The Tielman Brothers namanya. Sebuah band rock yang terdiri dari 4 anak muda asal Maluku. Band yang semula bernama TheTimor Rhytm Brothers lalu berubah menjadi The Four Tielman Brothers, dengan personil empat bersaudara Tielman: Andy(lead guitar, vocal), Reggie (rhytm guitar, vocal), Phonton (double bass, vocal), dan Loulou (drums, vocal). Mereka memulai kariernya di Surabaya sejak 1945.

Beruntung perjalanan karier keempat anak muda ini terbilang mulus sebab kedua orangtuanya, Herman Tielman dan Flora Lorine Hess tak cuma mendukung, tapi ikut bermain dan menjadi manager.

=D> Ditonton The Beatles =D>

Di tahun 1956 TheTielman Brothers hijrah ke Breda, Belanda dan memulai karier rekaman di negeri kincir angin itu. Dari sanalah pada akhirnya The Tielman Brothers mulai menjajah musik rock di luar negeri dan memberikan pengaruh yang cukup dasyat di blantika musik rock pada saat itu. Penampilan mereka juga cukup memukau publik di Belanda khususnya dan Eropa pada umumnya. Bisa dibilang mereka lah yang pertama kali memulai atraksi panggung yang liar dan atraktif, seperti bermain gitar dan juga double bass sambil melompat atau berguling-gulingan, serta tentunya demo drums. sang gitaris berdiri di atas bas betot sambil maen gitar di belakang badan, dan gimana si drummer bisa sampe keluar dari podiumnya sambil tetep ngegebukin drumnya. Keren abis! Gahar !!

Kepindahan mereka ke negeri Belanda dengan membawa budaya tropis dan kecintaan kepada gitar ini ternyata melahirkan "Indo-Rock" yang terkenal itu. Ciri kuat Indo-Rock adalah dominasi gitar, instrumen yang dikenalkan orang-orang Portugis saat datang ke Hindia-Belanda sekitar abad ke-14. Permainan gitar ala Portugis yang akhirnya dikenal sebagai musik keroncong ini dipadukan oleh anak-anak Maluku itu dengan musik Hawaii, country, dan rock'n'roll yang mereka dengar dari radio-radio Amerika Serikat yang dipancarluaskan dari Filipina atau Australia.

Ada beberapa fakta yang sangat mengejutkan dari band ini. Jauh sebelum publik rock terpesona dan berdecak kagum dengan permainan gila gitaris Jimi Hendrix pada tahun 1967, salah satu personil TheTielman Brothers, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik tersebut pada tahun 1956 atau 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya. Gaya Andy dan teknik gitarnya sangat memukau. Gitar yang dipetik menggunakan gigi, kaki, jauh mendahului Jimi Hendrix, l

Konon, Paul McCartney ternyata mengagumi band ini dan terinspirasi The Tielman Brothers sebelum The Beatles terkenal pada awal 1960-an. Maklumlah, The Tielman Brothers telah membawakan lagu-lagu rock n roll jauh sebelum The Beatles muncul. Saat The Beatles manggung pertama kali di Jerman, grup band asal Inggris ini sempat melihat penampilan The Tielmans Brothers yang manggung menggunakan Hofner Violin bass. Dan saat itulah untuk yang pertamakalinya Paul melihat Bass Violin Hofner. Andy Tielmans sang gitaris memakai Fender Jazz Master khusus 10 strings. Fender sengaja mengirim representative-nya ke Jerman saat itu untuk merancang gitar buat Andy Tielmans.

Di tahun 1958 TheTielmans Brothers punya 3 album yang jadi hits di seluruh dunia dan memiliki banyak Gibson Les Paul keluaran pertama yang baru di impor ke Belanda saat itu

Ini link youtubenya :
http://www.youtube.com/watch?v=FALutagdHNw
http://www.youtube.com/watch?v=ERgrf6VSsS8
http://www.youtube.com/watch?v=xgQt17PPHvQ
http://www.youtube.com/watch?v=8TfmOfsFpDc
http://www.youtube.com/watch?v=iI9WjsmuXxk
http://www.youtube.com/watch?v=f_A6XxEWSCI
http://www.youtube.com/watch?v=9S7TiYFq2Aw

Style maen gitar meliuk liuk ala Heavy Metal th 80-an
Aksi panggung Liar ala Punk
Ngedrum berdiri Ala Lars Ulrich from Metallica
Ngebas di bawah ala Korn
ternyata semua sudah dilakukan sejak dulu kala oleh Tielman Bro's


Aksi panggungnya







yang pada penasaran ma lagu-lagunya monggo disedot link dibawah ini!

The Tielman Brothers - Be Bop A Lula (Single)
http://rapidshare.com/files/61519900...Bop-A-Lula.mp3

The Tielman Brothers - Little Bird (Album)
http://www.4shared.com/file/45860114...ttle_Bird.html

The Tielman Brothers - The Best Of 1991 (ALbum)
http://rapidshare.com/files/10918135...rothersTBO.rar
 
 Web site!
Tielman "The Rocking" Brothers

http://indorock.pmouse.nl/tielman.htm

Rock n Roll

Rock atau rock and roll sebuah istilah yang dikenal kelahirannya lewat media musik dibelahan dunia barat . Namun apa sih sebenarnya hakekat rock itu sendiri ? Menjadi topik yang menarik untuk dibahas dan bisa jadi bahan obrolan ketika idiom-idiom tersebut dipakai ditengah kondisi masyarakat yang justru bertolak belakang dengan pesan substantif kandungannya .
Pada hakekatnya Rock and Roll adalah sebuah gerakan perlawanan yang disebut sebagai gerakan anti kemapanan pada nilai-nilai atau kredo-kredo musik yang lebih sering membatasi kreativitas dan dianggap lebih banyak merugikan naluri untuk mengeksplorasi seni para pelakunya dibanding kebebasan untuk menghasilkan terobosan atau gagasan baru yang bisa saja menjadi sesuatu yang bermanfaat serta positif dikemudian harinya .
Karena seni itu sendiri setali mata uang dengan value dalam kehidupan maka paham rock and roll bukan lagi sebatas berbicara pada dimensi musik dan lagu semata . Meskipun perangkat instrumen yang mengusung bisa saja masih lewat media musik namun kontentnya sudah jauh menembus keluar wilayah musik dan lagu sebagai media hiburan sesuai dengan awal perkembangan dan paradigmanya disaat itu .
Musik lewat paham Rock and Roll adalah sebuah cara berkreativitas untuk membongkar semua tatanan yang ‘feodalistik’ ‘aristokratik’ ‘dogmatik’ yang membuat manusia hidup dalam batasan “mazhab” kotak-kotak istilah / gelar ataupun jabatan .
Bagi saya seseorang dengan jiwa rock and roll tidak harus identik dengan pemain band ataupun pemusik , meskipun sosoknya akan lebih tampak jelas bila yang bersangkutan kebetulan memang seorang pemusik. Seorang pengusaha atau bahkan seorang politikus tehnokrat atau profesi apa saja akan memiliki nilai lebih bila yang bersangkutan adalah penganut paham rock and roll yang saya maksud diatas . Tentu saja dia tidak harus tampak urakan , jarang mandi atau pengguna narkoba sekalipun . Orang-orang dengan katagori tersebut adalah jenis rockers yang sedang berproses namun disorientasi atau kehilangan kemampuan untuk me-manange langkah-langkah kaki.
Mengapa saya katakan positif bila mereka berjiwa rock and roll , sebab dia akan memliki daya inovasi yang tinggi untuk melakukan perubahan-perubahan yang sudah dianggap perlu harus dilakukan . Dia bukan typikal manusia yang senang berkubang , menyerah dan jadi diam pasrah diruang-ruang kegelisahan yang tak pernah bermuara .
Dalam konteks diwilayah musik saat Rock hanya dipahami sebagai ‘obyek’ laksana ruang untuk berpariwisata , maka yang tampak kasat dimata adalah orang-orang ‘culun’ manja yang sedang berteriak-teriak menentang segala bentuk kesewenang-wenangan …… , sementara pijakan kakinya berdiri diatas tumpukan kepala orang yang justru sedang tertindas . Atau juga bersuara lantang ingin mengatakan pada lingkungannya bahwa ‘ini adalah gue banget’ sambil mulutnya tetap setia menetek diputing susu “ibunya.” Jadi bisa diartikan mereka adalah rockers yang hidup dalam situasi yang dianggapnya sudah selesai dan mapan.. , ajaib sedangkan kita semua tau bahwa rockers itu ada karena anti pada “kemapanan” itu sendiri . Oleh sebab itupula tak mengherankan jika mereka tampak absurd dan tidak melahirkan getaran apapun yang bisa memberikan kontribusi “daya hidup” bagi lingkungannya.
Dalam kehidupan yang lain mungkin bisa kita analogikan yang terjadi pada masyarakat didesa atau dikampung-kampung yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan . Pada mereka yang tak terpengaruh dengan mewahnya pakaian yang kita kenakan , atau mereka yang dengan santainya selalu bertelanjang dada bila bertemu dengan siapa saja , tanpa pernah merasa menghina ataupun dihina , mereka yang menjalani hidup dengan perjuangan yang keras dan lain sebagainya . Mengapa bisa demikian ?
Sebab mereka menilai value manusia bukan dari pembungkusnya , yang mungkin juga tanpa mereka sadari bahwa memang pembungkusnya itulah yang kerapkali menyesatkan mata kita . Kelompok-kelompok tersebut jauh lebih reaktif untuk saling bergotong-royong ataupun membela kepentingan bagi hidup diantara sesamanya . Mereka-mereka itulah yang tak berpikir panjang lebar lagi untuk berani melakukan terobosan-terobosan adat istiadatnya jika dianggapnya adat-istiadat tersebut sudah tidak relevan lagi dengan kebutuhan jamannya .
Nah….bagi saya itulah esenssi Rock and Roll yang saya pahami . Justru orang kampung itu jauh lebih rockers dibanding dengan anak-anak band yang teriak-teriak lantang dipanggung-panggung hiburan musik Indonesia. Sekali lagi saya ingin katakan bahwa Rock adalah substansi perlawanan pada kondisi kemapanan yang membelenggu , bukan tehnis ataupun lifestyle yang digunakan sebagai cara untuk menyampaikan pesan saja , apalagi pesan hiburan dengan muatan cinta antar aku dan si dia semata . Dan bila ada yang bertanya pada saya tentang musik rock di Indonesia , jawaban saya selalu demikian. Perkembangan musik rock di Indonesia sudah tereduksi maknanya .

Perjalanan musik rock di indonesia

Bentang Kontroversi hampir selalu menyertai sejarah awal mula kehadiran musik rock di Indonesia. Apakah pertama kali masuk dalam aransemen lagu-lagu berbahasa Minang yang dilakukan Nuskan Syarif dan Zaenal Arifin pertengahan tahun '50-an? Atau saat Rhoma Irama memasukkan unsur rock dalam lagu dangdutnya tahun 1976 pada lagu Begadang? Semua masih perlu diperdebatkan.

Musik barat sudah menjadi kiblat industri musik ketika masih embrio. Dimulai pemerintah penjajah Belanda, yang membawa musik jazz setelah menjejakkan kakinya di bumi Nusantara dengan bendera VOC sebagai sarana hiburan bagi para serdadu dan kerabatnya. Pada awal tahun 1900-an, lahir sebuah perusahaan rekaman di Surabaya yang memproduksi piringan hitam lagu-lagu jazz untuk kalangan terbatas.

Surabaya menjadi basis lahirnya musisi rock tangguh. Bisa dikatakan hampir semua pemusik kota buaya ini pernah memainkan musik rock. Penabuh drum jazz, Abdul Karim Suweileh, pertengahan tahun 1960-an bergabung dengan Harry Dharsono dalam grup Batara yang membawakan lagu-lagu The Beatles, Grandfunk Railroad, The Rolling Stones. Sementara almarhum Udin Zach, peniup saxophone yang memimpin grup jazz Bhaskara ke North Sea Jazz Festival di Den Haag, Belanda, sempat menjadi gitaris rock Arista Birawa dengan penyanyi Mus Mulyadi yang sampai sekarang masih fasih membawakan lagu-lagu kroncong.

Namun politik menentukan lain. Usaha Bung Karno melestarikan kebudayaan bangsa sah-sah saja sebenarnya, tapi larangannya terhadap musik rock n roll yang disebutnya musik ngak ngik ngok menjadi aneh di telinga kita sekarang. Akibatnya, musisi kita berlenso-ria. Jack Lesmana, ayah Indra Lesmana menghasilkan musik lenso untuk mengiringi Bung Karno berdansa. Sementara Koes bersaudara dimasukkan ke dalam bui karena tidak kapok-kapoknya membawakan lagu-lagu The Beatles di panggung pesta.

Setelah lepas dari bui, Tony Koeswoyo dan tiga adiknya Nomo, Yon, dan Yok menghasilkan album yang berisi lagu-lagu rock To The So Called The Guilties yang diantaranya berisi lagu-lagu "Voorman", "Three Little Words", "Di Dalam Bui".

Eka Sapta yang terdiri dari Bing Slamet (bongo, konga), Ireng Maulana (gitar pengiring), Idris Sardi (bass, biola), Itje Kumaunang (gitar melodi), Benny Mustafa (drum), Dharmono (vibraphone), dan Kamid (konga) adalah band pengiring nomor satu di tahun 1960-an. Mereka memainkan lagu-lagu instrumental dengan gaya rock n roll The Shadows dan The Ventures. Sebelumnya, Eka Sapta juga berlenso-ria.

Peralihan politik dari orde lama ke orde baru pada tahun 1965 juga mempengaruhi perkembangan musik rock di Indonesia. Mahasiswa yang punya andil menggantikan pimpinan negara berusaha berkomunikasi dengan masyarakat melalui Radio Arief Rachman Hakim, yang diikuti dengan lahirnya radio-radio amatir yang siarannya khas remaja dan memutar lagu-lagu The Beatles, Elvis Presley, dan The Rolling Stones. Mick Jagger yang sempat manggung di Stadion Utama Senayan, memberi pengaruh sangat kuat pada musisi kita, antara lain Deddy Stanzah, pendiri grup Rollies, dan tentu saja Cikini Stones Complex yang membawakan lagu-lagu The Rolling Stones, baru diganti lagu-lagu ciptaan sendiri, seperti "Mawar Merah", "Maafkan", "Memang", "Kamu Harus Pulang", "I Miss U But I Hate U", dan lagu lainnya setelah menjadi Slank pada tahun 1983.

Munculnya Deep Purple tahun 1968 disusul berdirinya Led Zeppelin yang berbarengan dengan terbitnya majalah musik Aktuil tahun 1969, secara langsung membentuk wajah musik rock Indonesia.

Sementara perusahaan rekaman lagu barat yang masih bebas membajak, menjejali konsumen musik dengan berbagai kaset musik rock. Tak heran jika lagu-lagu "Stormbringer", "Child In Time", "Burn", "Highway Star", "Hush", "Black Night", "Speed King", "Fireball" dan belasan lagu lainnya menjadi sedemikian populer. Lagu-lagu itulah yang antara lain membakar Stadion Utama Senayan, 4 dan 5 Desember 1975. Grup rock yang pertama menjejakkan kakinya di Indonesia itu membuka pergelarannya dengan memainkan sebagian lagu "Burung Kakak Tua". Denny Sabri dan Aktuil mendatangkan Deep Purple bekerja sama dengan Peter Basuki, Promotor Buena Production. Denny Sabri menunjuk God Bless sebagai band pembuka. Ini menjadi prestasi sendiri bagi God Bless yang beru merilis album "Huma Di Atas Bukit" (1975).

Denny Sabri juga dikenal sebagai pencari bakat. Dia berhasil mengorbitkan Sylvia Sartje sebagai lady rockernya yang pertama. Sedangkan untuk grup adalah antara lain Superkid tahun 1976 dan terdiri dari Deddy Stanzah, Jelly Tobing, dan Dedy Dores. Superkid menghasilkan dua album rekaman, "Superkid" (1977), dan "Dezember Break" (1978).

Denny Sabri yang tutup usia pada Sabtu, 29 November 2003 dalam usia 55 tahun, meninggalkan cukup banyak warisan bagi industi musik Indonesia. Yang masih dikenal hingga kini antara lain adalah penyanyi Mel Shandy, Nicky Astria, Nafa Urbach, almarhumah Nike Ardila, almarhum Farid Harja, Bintang film Meriem Bellina, Nurul Arifin, pencipta lagu Harry Tasman, dan foto model Sandy Harun. Jamrud juga merasakan bimbingan Denny Sabri ketika masih bernama Jam Rock.

Larangan yang diberlakukan pemerintah Orde Lama pertengahan tahun 1960-an tidak menyurutkan grup Jazz Varia Nada, Irama Jangger, atau Bhineka Ria yang terdiri dari Lody Item (ayah Jopie Item atau kakek penyanyi Audy), Awat Suweilweh, serta Didi Pattirani memainkan musik rock di Surabaya.

AKA (Apotik Kali Asin), adalah grup rock paling heboh. Mereka berlatih di belakang apotik milik orang tua Utjok Harahap membawakan lagu-lagu Eric Clapton, The Rolling Stones atau Jimi Hendrix seperti "Purple Haze", "Hey Joe" hingga mereka dianggap menjadi sebuah revolusi dalam bermusik, dan dinobatkan sebagai grup underground. Tapi yang membuat heboh adalah tiang gantungan dan peti mati yang diusung di atas panggung. Dengan musik ala Grandfunk Railroad, Deep Purple, dan Black Sabbath, AKA merilis album pertama "Do What You Like?" tahun 1970 dengan tiga lagu keras "Do What You Like", "I've Gotta Work It Out", dan "Glennmore" di samping lagu pop berlirik Indonesia "Akhir Kisah Sedih" dan "Akhir Bulan Lima".

Surabaya tentu saja bukan hanya AKA. Sebelum Boomerang, Padi, dan Dewa19 masuk orbit, ada deretan nama Yeah Yeah Boys, Lemon Tree's, D' Gembels, Gombloh, Pretty Sisters atau Ita Purnamasari. Pretty Sisters menjuarai Festival Band Wanita se-Indonesia tahun 1975.

Dari sejumlah grup dari kota buaya itu, tidak dapat disangkal bahwa AKA memberi pengaruh paling besar. Beberapa grup mengikuti jejak dan ke-esentrikan Utjok, misalnya Micky Mekelbach dari grup Bentoel, Malang. Media massa mengorbitkan Micky sebagai Alice Cooper Indonesia. Namun perjalanan karier dan hidupnya tidak begitu panjang. Dia meninggal 9 Mei 1987 dalam usia 38 tahun di kediamannya di Sukabumi. Overdosis.

Sementara itu Utjok sibuk di luar AKA, seperti membuat Duo Kribo dengan Ahmad Albar tahun 1978, tiga personil tersisa yaitu Sonatha Tanjung, Arthur Kaunang, dan Syech Abidin mendirikan SAS. Trio ini produktif dalam menghasilkan lagu-lagu, diantaranya "Baby Rock", "Metal Baja", "Larantuka", dan "Sirkuit".

Medan juga punya seorang pemusik yang sensasional, Jelly Yusuf Tobing. Sepak terjang Jelly tidak hanya di Medan dan Jakarta, tetapi juga di Bandung dengan bergabung ke Giant Step dan Superkid. Tahun 1973 Fadil Usman, adik kandung penyanyi Ivo Nilakresna, mengajajak Jelly ke Medan. Minstrel's berdiri dengan Jelly Tobing sebagai drumer dan vokal, Fadil Usman (gitar), Kris Hutabarat (saksofon, vokal), Iqbal Mustafa (keyboard), dan Mamad (bass). Ketika itu sudah ada grup The Great Session dan Rhythm Kings, yang mula-mula mengandalkan lagu-lagu cadas di panggung, berubah menjadi manis begitu masuk rekaman. Sebagai gitaris Minstrel's, Fadil Usman bisa dikatakan yang pertama membawakan lagu-lagu Jimi Hendrix.

Minstrel's menjadi saingan berat Rhythm Kings dan The Great Session. Rizaldi Siagian (penabuh drum The Great Session) yang merupakan drumer terbaik di Medan, begitu Jelly Tobing datang, keduanya berusaha saling mengalahkan. Pertemuan ketiga grup itu di atas panggung juga melibatkan persaingan sesama teknisi dan emosi penonton. Kabel soundsystem bisa ditemukan putus sehingga gitar atau suara penyanyi tidak kedengaran. Penonton saling mengejek grup musik yang dianggap saingan. Kalau perlu tawuran.

Namun menjelang akhir 1970-an, segala kesemarakan itu menyurut. Bukan saja karena banyaknya pemusik yang hijrah ke Jakarta, pertumbuhan penyanyi dan grup baru nyaris tidak terlihat. The Mercy's yang sukses besar di Jakarta enggan kembali ke Medan. Begitu juga anggota Minstrel's seperti Fadil Usman dan Jelly Tobing memilih tinggal di Jakarta. Fadil Usman mendirikan Brotherhood, tapi tidak bertahan lama. Tahun 1979 dia bergabung dengan Reynold Panggabean dan Camelia Malik seabagai gitaris dangdut jazz-rock Tarantula.

Kota kembang Bandung adalah taman subur bagi kuncup-kuncup grup musik seperti Rollies, Freedom Of Rhapsodia, Giant Step, Savoy Rythm, C'Blues, Memphis, Gang of Philosophy Harry Roesli, Trio Bimbo, 23761 Remy Saylado, serta sederetan nama lainnya.

Lagu dari Rollies "Kemarau" karya pemetik bassnya Utje F Tekol, memperoleh penghargaan Kalpataru dari Menteri Lingkungan Hidup, Emil Salim tahun 1979. Tahun 1974, Rollies yang terdiri; Bonnie (gitar, vokal), Iskandar (tenor saksofon), Benny Likumahua (bariton/alto saksofon, flute, trombon), Delly (keyboard, vokal), Utje F Tekol (bass), Didit Maruto (trompet), Jimmy Manopo (drum), dan Gito (vokal). Dengan formasi inilah Rollies disebut sebagai Chicago van Bandung, karena lagu-lagu grup brass-rock asal Amerika tersebut sering dimainkan di atas panggung.

Giant step memang tidak sebesar Rollies atau God Bless. Tapi grup yang dikomandani Benny Subarja ini membawakan lagu-lagu ciptaannya sendiri ketika band-band rock lainnya mengandalkan lagu-lagu The Beatles, The Rolling Stones, Grandfunk Railroad, Deep Purple, Black Sabbath, atau grup rock mancanegara lainnya. Namun sebagai penyanyi solo, Benny Subarja melesat lewat lagu "Apatis" ciptaan Ingrid Wijanarko hasil LCLR (Lomba Cipta Lagu Remaja) Prambors 1978, bersama dengan lagu "Sepercik Air" yang dinyanyikan dan diciptakan oleh almarhum Deddy Stanzah.

Rock Opera Ken Arok Harry Roesli yang digelar di Gedung Merdeka, Bandung, 12 April 1975, dan Balai Sidang Jakarta, 2 Agustus 1975, merupakan warisan berharga dalam musik rock tanah air, walaupun pergaulannya dengan musik dan musisi rock sangat dekat, Harry Roesli sendiri tidak pernah disebut sebagai rocker. Selama kariernya, dia mampu 'berdamai' dengan industri dan tak kurang dari 25 judul album dirampungkannya, antara lain : "Philosophy In Rock" (1971), "Ken Arok" (1977), dan "Kuda Rock n Roll" (1986). Harry Roesli meninggal dunia pada Sabtu, 11 Desember 2004, pukul 19:55, di RS Jantung Harapan Kita, pada usia 53 tahun.

Pasca Dara Puspita, bermunculan banyak grup dan penyanyi perempuan seperti Euis Darliah, Rose Kusumadewi, Sylvia Sartje, Reny Djajusman, Titiek Hamzah, Iwot Husein, Cut Irna, Atiek CB, serta Lies Saodah dengan grup dangdut-rocknya, Helista. Dari semua rocker perempuan itu, langkah Euis Darliah yang paling panjang. Setelah grupnya Antique Clique bubar, Euis menyanyi sendiri. Dari sinilah lahir lagunya yang paling populer, "Apanya Dong" ciptaan Titiek Puspa.

Usai era Euis, muncul Nicky Astria. Dan tentu saja Anggun C Sasmi yang mengawali karier sebagai rocker harapan industri musik. Tapi setelah tinggal di Paris dan menghasilkan album-album rekaman internasional tidak lagi disebut sebagai rocker. Nike ardilla lain lagi. Lagu-lagu pop-rock karya Deddy Dores yang dinyanyikannya, "Seberkas Sinar", "Bintang Kehidupan terus diburu konsumen musik bertahun-tahun setelah penyanyi ini meninggal dalam usia muda, 19 Maret 1995.

Achmad Albar, pria kelahiran Surabaya, 16 Juli 1946 ini bisa dibilang sebagai ikon musik rock Indonesia yang menjadi pemicu berdirinya God Bless. Pria yang memiliki nama panggilan Iye ini sudah malang melintang di Jakarta dengan membentuk beberapa band. Salah satunya dengan Titi Qadarsih, ibu dari Indra Q, mantan personil Slank yang kini memperkuat BIP, dengan membentuk Kuarta Nada. Lalu tahun 1965 dia merantau ke Belanda untuk mengikuti sekolah Musik di Bergen OP Zoon, mengambil jurusan gitar klasik. Saat di sekolah itu, Albar membentuk Take Five.

Band ini tanpa sebab yang jelas bubar, sehingga Albar mendirikan Clover Leaf dan sempat mengeluarkan album yang melejitkan single "Don't Spoil My Day" dan "Grey Clouds" pada tahun 1972. Tahun 1973 bersama gitaris Clover Leaf, Ludwig Lemans, Albar pulang ke Indonesia. Ada kerinduan untuk kembali membentuk band dengan beberapa musisi yang kemudian diajaknya mengadakan workshop. Mereka berdua bertemu dengan Donny Fatah (bass), Fuad Hasan (drum), dan Deddy Dores (keyboard). Mereka inilah formasi pertama bagi cikal bakal God Bless.

Saat itu mereka berkumpul dan masih memakai nama Clover Leaf untuk tampil di sebuah acara yang bernama 'Summer "28' yang berlangsung di Ragunan. Summer "28 sendiri adalah sebuah acara musik di alam terbuka pertama di Indonesia yang diikuti belasan grup musik. Acara berlangsung pada 1973 atas prakarsa sutradara kawakan Wim Umboh dan Nyoo Hang Siang. Saat itu, God Bless yang masih bernama Clover Leaf, membawakan lagu-lagu dari Deep Purple, Kansas, King Ping Meh, James Gang, dan ELP. Lagu sendiri dari mereka yang dibawakan adalah "She Passed Away" ciptaan Donny Fatah.

God Bless sendiri akhirnya baru diresmikan pada 5 Mei 1973, ketika pertama kali tampil di Teater Terbuka TIM bersama Gypsi. Saat tampil Di TIM ini pula terjadi pergantian line up band. Deddy Dores mengundurkan diri digantikan oleh Jockie Soeryoprayogo. Periode antara 1973 sampai 1974, God Bless banyak mengalami pergantian personil. Tercatat sejak Ludwig Lemans kembali ke Belanda, Deddy Dores masuk sebagai gitaris dan Soman Lubis sebagai pengganti Jockie. Uniknya, saat Soman Lubis absen karena harus ujian akhir, masuk nama Deddy Stanzah. Posisi pun berubah, Deddy Dores memainkan keyboard, Deddy Stanzah pada bass, dan Donny Fatah menjadi gitaris.

Duka menyelimuti God Bless pada bulan Juni 1974, saat Fuad Hasan dan Soman Lubis meninggal dalam sebuah kecelakaan. Ini membuat Achmad Albar dan Donny Fatah limbung. Untunglah mereka dapat mengajak Nasution bersaudara untuk bergabung, walau cuma sebentar. Jockie kembali masuk ke posisi awal sebagai pemain keyboard. Sementara drum diisi oleh Teddy Sujaya. Kejadian paling penting adalah saat Ian Antono yang pernah tergabung dalam band Abadi Soesman dan Bentoel masuk sebagai gitaris God Bless.

Formasi yang dianggap paling solid dan tepat dalam keemasan God Bless, saat Albar, Ian, Teddy, Donny, dan Jockie melahirkan debut album "God Bless" yang juga dikenal sebagai album "Huma Di Atas Bukit". Lagu "Huma Di Atas Bukit" yang waktu itu menjadi theme song film Layla Majenun membuat popularitas God Bless makin meluas. Selain melahirkan hits "Huma Di Atas Bukit" yang merupakan adaptasi lagu Genesis dan berhasil diberi lirik oleh almarhum Sjumandjaya, juga ada lagu "Rock Di Udara", "Sesat", "Setan Tertawa", "she Passed Away", serta lagu dari The Beatles "Eleanor Rigby", dan "Friday On My Mind" dari Easy Beat.

Album yang direkam di Studio Tri Angkasa ini tidak berlebihan jika menjadi sebuah cetak biru bagi generasi musik rock Indonesia. Landscape musik rock Indonesia mulai terciptakan dengan adanya God Bless lewat album monumental ini. Saat itu, almarhum Denny Sabri, wartawan majalah musik Aktuil, majalah musik terkemuka saat itu, berhasil mendapatkan kontak untuk mendatangkan Deep Purple ke Indonesia, dan menunjuk God Bless Sebagai band pembuka.

Jockie Soeryoprayogo yang terus berperan dalam industri panggung dan rekaman bersama Kantata Takwa, Swami dan Dalbo, mementaskan Rock Opera Indonesia, di Jakarta Convention Center, 20 Agustus 2002. Sejak Kantata hingga rock operanya, Jockie membina kerja samanya dengan Iwan Fals, yang sebagaimana Harry Roesli, Iwan Fals tidak pernah disebut sebagai rocker, tapi elemen-elemen rock berputar di semua karya-karyanya.

Ong Oen Log alias Log Zhelebour bisa dikatakan sebagai rocker sejati dalam industri musik rock Indonesia. Dibanding Festival Lagu Pop Nasional, atau Lomba Cipta Lagu Remaja yang diadakan radio Prambors yang melahirkan sejumlah penyanyi kita antara lain Chrisye, ternyata festival musik Rock versi Log Zhelebour yang paling tahan banting. Log juga mendirikan Logiss, satu-satunya perusahaan rekaman yang hanya memproduksi penyanyi dan grup rock Indonesia, seperti Mel Shandy, Nicky Astria, God Bless, serta para jawara festivalnya.

Festival musik rock yang diadakan Log Zhelebour dikenal sebagai Djarum Super Rock Festival. Karena perusahaan rokok itu mendanainya sebanyak delapan kali (1984, 1985, 1986, 1987, 1989, 1993, 2001, 2004) dari 10 penyelenggaraannya dengan diselingi Gudang Garam (1991) dan stasiun televisi Indosiar (1996). Festival rock se Indonesia pertama yang diadakan di lapangan sepak bola 10 November, Tambaksari, Surabaya, hari Minggu 14 April 1984. Harley angles dari Bali terpilih sebagai juara pertama, LCC (Surabaya, juara dua), Elpamas (Pandaan, juara tiga), 2nd Smile (Jakarta, juara harapan), dan Drop Out (Irian Jaya, juara favorit).

Yang kedua (1985) dijuarai grup rock asal Pandaan, Malang, Elpamas. Tiga grup rock asal Surabaya berturut selama tiga kali festival mendominasi juara; Grass Rock (1986), Adi Metal Rock Band (1987), dan Power Metal (1989). Pada festival ketiga tahun 1986, anggota grup rock Slank pernah ikut lomba, dan masuk final. Tapi hanya berhasil menjadi juara hiburan. Saat itu mereka belum menggunakan nama Slank.

Tahun 1989, Roxx khusus diundang oleh Log Zhelebour untuk tampil mewakili Jakarta pada festival yang digelarnya. Di festival itu, Roxx berhasil menjadi juara kedua, di bawah Power Metal. Gosip berhembus, bahwa menurut pilihan para juri, sebenarnya Roxx yang seharusnya terpilih sebagai juara pertama, namun kabarnya Log tidak setuju dan memveto keputusan tersebut.

Usai memenangkan kompetisi rock bergengsi tersebut, Roxx segera masuk studio rekaman Tripel M Jakarta untuk merekam single pertama dalam karier profesional mereka, "Rock Bergema". Single tersebut bersama dengan sembilan single lainnya dari Power Metal dan Kaisar kemudian di tahun 1990 rilis sebagai album kompilasi pertama keluaran Logiss Records. Jika dibandingkan, "Rock Bergema" versi album ini masih kental nuansa glam-rock '80-an (simak teriakan Trison!). Cukup berbeda dengan versi di album Roxx yang jauh lebih moderen dan metal.

Festival selanjutnya diadakan tiga tahun kemudian, 1991, semifinal diadakan di Malang, dan final di Surabaya. Kaisar dari Solo menjadi yang terbaik. Pada festival yang ketujuh, 1993, Andromeda Rock Band dari Surabaya meraih juara dengan drumernya, Yoyo, yang sekarang menjadi drumer band Padi.

Tahun 1996, juaranya adalah Teaser asal Temanggung. Kondisi ekonomi, politik, dan sosial negara menyebabkan festival ini vakum selama lima tahun. Baru tahun 2001 yang festival diawali dengan menjaring grup-grup dari setiap propinsi diadakan. Dari 10 finalis yang masuk final, juaranya U9 dari Kediri. Dengan sistem yang sama, festival kembali digelar untuk yang ke 10 kalinya. Mujizat Band dari Bandung menjadi juara 1, Take Over (Banten, juara 2), LoeJoe (Makasar, juara 3), Mr. X (Banjarmasin, juara harapan), Daun Band (Kediri, juara favorit), dan Kobe (Sidoarjo, penampil terbaik).

Festival ini ditorehkan dalam sejarah musik rock indonesia. Bagi peserta yang luput masuk final atau gagal menjadi juara, tidak menyurut semangat. Malah banyak yang sukses dalam industri musik, salah satunya Jam Rock (yang sekarang dikenal dengan nama Jamrud, dan Los Angels (cikal bakal Boomerang).

Setelah beberapa kali berganti personil, tahun 1995 Jamrud mulai membuat lagu sendiri dan menghasilkan tujuh album "Nekad" (1996), "Putri" (1997), "Terima Kasih" (1998), "Ningrat" (2000), "Sydney 090102" (2002), "Gak Cabul Lagi BO 18+" (2004), "All Acess In Love" (2006), dan dua album kompilasi terbaiknya.

Cerita terbentuknya Boomerang ternyata tidak jauh berbeda dengan band kebanyakan. Pada awal tahun '90-an, Hubert Henry Limahelu (bass), John Paul Ivan (gitar), Roy Jeconiah Isoka Wurangian (vokal), dan Petrus Augusti (drum) mendirikan Lost Angels, sebuah permainan kata dari sebuah nama kota di Amerika Los Angeles dan sekaligus berarti malaikat tersesat. Dari awal berdiri, grup ini tidak mau membawakan lagu milik orang lain. Mereka bertekad untuk terus menggeber lagu sendiri di mana saja dan kapan saja.

Tidak sampai setahun, Lost Angels sudah berani untuk ikut festival rock se Indonesia ke 7 yang diadakan Log Zhelebour pada tahun 1993. Lost Angels langsung masuk 10 besar finalis, tetapi hanya pada urutan keenam, dan berhak untuk merekam satu lagu yang akan dimasukkan ke dalam album "10 Finalis Festival Rock ke-7 Log Zhelebour. Saat itu Lost Angels merekam lagu "No More". Lost Angels diminta menjadi band pembuka tur Gong 2000 di Sulawesi Selatan.

Biar sudah menjadi finalis, bahkan sudah rekaman satu lagu, tetap saja mereka harus jungkir balik merayu Log Zhelebour untuk minta dibuatkan sebuah album solo. Kesabaran arek-arek Suroboyo ini benar-benar diuji. karena demo pertama yang mereka tawarkan langsung ditolak mentah-mentah. Tidak putus harapan, mereka ke Jakarta dan menawarkan demo pada beberapa perusahaan rekaman yang ada. Sempat pula dibantu oleh Indra Q (mantan personil Slank), tetapi nihil. Merasa bertepuk sebelah tangan, mereka kembali 'menghadap' Log Zhelebour. kegigihan dan kesabaran berbuah manis. Log mau menerima demo yang mereka tawarkan dengan syarat harus membuat master rekaman komplit satu album, baru setelah itu mereka bisa menandatangani kontrak.

Tahun 1994 mereka direkrut oleh perusahaan rekaman Loggis Records. Bulan Maret - April 1994, di studio Nirwana, Surabaya, mereka bekerja hampir 18 jam setiap harinya untuk merekam album perdana. Setelah selesai dengan proses rekaman dan menunggu pembuatan cover Kaset, mereka terpaksa memecat Petrus Augusti (drum) karena sudah tidak sejalan dengan tujuan idealisme semula. Pada 8 Mei 1994, mereka sepakat untuk mengganti nama Lost Angels menjadi Boomerang, yang juga menjadi nama album perdana yang rilis di pasaran pada 1 Juli 1994 dengan single hits "Kasih". Oleh karena itu pada video klip "Kasih" mereka tampil bertiga. Untuk mengisi kekosongan drumer pada saat harus melakukan tur dan konser, mereka merekrut Farid Martin yang dikenal dari seorang sound engineer album pertama dan kedua Boomerang, Toni. Pada 1 Januari 1995 Farid resmi menjadi drumer tetap Boomerang.

Dengan formasi Roy (vokal), Jhon (gitar), Henry (bass), dan Farid (drum), Boomerang mengeluarkan album "Boomerang" (1994), "KO" (1995), "Disharmoni" (1996), sebuah album cover version dari band dan artis yang menjadi idola mereka, macam Leo Kristi, Gombloh, Black Brothers, The Mercy's, Duo Kribo, dan The Rollies, "Segitiga" (1998), duoble album re-master "Best Ballads" dan "Hard N Heavy" (1999), "Extravaganza" (2000), "The Great Hits" (2003), "Terapi Visi" (2004), "Urbanoustic" (2005). Namun setelah album "Urbanoustic" tersebut, didasari perbedaan prisip, Jhon Paul Ivan mengundurkan diri dari Boomerang, memilih untuk bersolo karier. Sempat hadir sebagai gitaris tamu pada band U9 dan mendirikan Supergroup JPI bersama Bondan Prakoso (mantan bassist Funky Kopral), dan Cliff (drum). Sebagai pengganti Jhon Paul Ivan, Boomerang sempat merekrut 2 gitaris, Oi dari Power Metal dan Tommy, gitaris asal Riau. Tidak puas dengan performa mereka, Boomerang merekrut salah satu gitaris handal Indonesia, Andry Franzzy pada awal 2006 yang mantan gitaris band Power Slave. Bersama Gitaris Barunya, Boomerang merilis album "suara Jalanan" (2009) dengan single hits "Aurora". "Cicak Bin Kadal" ciptaan Heydi Ibrahim, mantan vokalis Power Slave juga termuat dalam album "suara Jalanan" di mana Heydi juga menyumbangkan warna vokalnya pada lagu tersebut. Heydi Ibrahim kini lebih aktif sebagai pelukis.

Festival musik tersebut juga memberi pengaruh pada perkembangan musik rock tanah air. Banyak band-band baru bermunculan, berlomba untuk jadi yang terbaik. Peran Media juga tidak bisa dikesampingkan. Banyak grup band yang lahir, diberi warna aliran musik oleh media. Rock, Heavy Metal, Power Metal, Thrash Metal, Speed Metal, Death Metal, Grindcore, Doom, Hyperblast, Black Metal, adalah aliran-aliran tersebut. Cukup memusingkan bukan? Tapi di sisi lain kita diuntungkan dengan berbagai penamaan tersebut, karena secara tidak langsung wawasan musik akan bertambah.

Sekadar menyebut nama, Whizzkid, Voodoo, Kamikaze, Sket, Sang Alang, Sahara, Bad Apples, U' Camp, Stinky, Modern Gank, Rotor, Sucker Head, Tengkorak, Trauma, Hell Gods, Rajawali, Flower, dan band-band lain berbagai aliran musik.

Setelah kurang lebih 50 tahun, kontroversi musik rock masih terus berlangsung, tapi sekarang dengan hasil yang berbeda. Tak terasa. Musik rock sudah merasuk ke tulang sumsum indutri musik kita dan berhasil menjadi panglima.

Komunitas ala Rock n' Roll

Ian Antono dan Achmad Albar. Di belakang ada Donny Fattah dan Abadi Soesman, formasi Cermin yang melegenda.
Ian Antono dan Achmad Albar. Di belakang ada Donny Fattah dan Abadi Soesman, plus Yaya Moektio formasi Cermin yang melegenda.
Mereka yang lahir tahun70-an pasti pernah mengalami naiknya pamor rock dalam perbendaharaan musik Indonesia. Konser grup rock di kota kami tahun 1988 dan 1990 sangatlah ditunggu. Bukan Metallica, bukan pula GNR. Tapi God Bless. Sayalah orangnya yang tidak kesampaian nonton dua konser itu. Alkisah, sebuah corong komunikasi musik di dunia bernama Rolling Stone (RS) diboyong oleh Andi F. Noya ke Indonesia 4 tahun yang lalu. Tak menyangka majalah itu menjadi provokator yang sempurna bagi saya untuk dapat melihat God Bless di panggung pada akhinya. Memberi kesempatan menyaksikan Ahmad Albar menyanyi dengan suaranya bulat yang liat dan gahar pada nada-nada tertentu, yang pernah terlewat pada tahun 1988 saat mereka konser untuk album Semut Hitam dan tahun 1990 untuk album Raksasa.

Mengapa God Bless? Lagu-lagu God Bless adalah pilihan sempurna bagi band kami yang ingin mengekspresikan jiwa ‘heavy metal’ kala itu. Tentu saja disamping lagu-lagi Gito Rollies, Bangkit Sanjaya, Ikang Fawzi dan beberapa band luar negeri seperti Judas Priest, Deep Purple, Scorpion, dan tak ketinggalan pemilik ‘The Final Count Down’ Europe. Syair-syair God Bless yang dahsyat dan ‘bergizi’ (kata Ian antono dalam wawancaranya dengan Rolling Stone) dipadu dengan komposisi yang melodius, gagah dan berkarakter adalah jawabannya.
Majalah Rolling Stone tahu benar bagaimana mengemas rock dalam sebuah pengalaman jurnalistik, nostalgia dan konser hidup (live). Dimulai dari konser internal yang tidak banyak dipublikasikan sebelumnya, ulasan di media, sampai akhirnya Private Party yang bertajuk ‘Rock N Roll Propaganda’ merupakan sebuah rangkaian stimuli nostalgia yang menyatukan pecinta rock Indonesia malam itu dan datang di gedung Rolling Stone yang indah.
God Bless dan Edane, magnet rock tahun 80-an masih menjadi daya tarik kehadiran saya dan banyak kawan yang lain. Kerumunan pada malam yang sekaligus even penobatan Rolling Stone editor’s choice Award itu memang dipancing juga oleh Alexa dan Cangcuter yang tampil tak kalah gemilang.
Private Party ini membuat saya tersenyum lebar. Tersenyum untuk bekerjanya sebuah komunikasi yang terancang baik. Tersenyum untuk perpaduan unik yang belum pernah saya rasakan: konser rock dan pesta makan-malam! Tersenyum untuk Eet Syahrani yang tampil memukau di pembukaan dan Godbless yang setua itu namun masih menyisakan kekuatannya.
Sayangnya malam itu kita tidak bisa jingkrak-jingkrak karena harus menjaga goody-bag berisi kaos Rock N Roll Propaganda yang sangat bagus, dompet yang anak muda ‘banget,’ block note Rolling Stone (konser atau seminar ya?), sticker dan pembatas buku (Wow … manis sekali). Lagi-lagi rock dan goody bag menjadi perpaduan yang membuat saya semakin lebar tersenyum! Tapi bukankah ini bukan konser, tapi private party?
Bagi saya, kerja komunikasi dalam acara ini sangat berhasil. meskipun dari segi bisnis entahlah … karena dengan harga Rp. 357 ribu boleh menonton grup-grup berkelas itu, berlangganan majalah Rolling Stone selama 12 bulan, makan malam dan minum sepuasnya disertai pemberian barang souvenir, sesungguhnya tidak masuk dalam kalkulasi dagang model apapun. Lagi-lagi inilah kerja image. Sponsor mau saja membiayai perhelatan semacam ini karena logika bisnisnya bukanlah logika eceran melainkan membangun image yang berguna dalam jangka panjang. Itu hanya mungkin di dunia komunikasi.***

INDONESIA pelopor musik Rock and Roll

 Ngefans sama The Beatles, Jimmy Hendrix, atau Rolling Stones?
Sebuah hal yang wajar karena mereka-mereka itu memang musisi handal yang albumnya selalu dikenang sepanjang masa.
Tapi jauh sebelum kejayaan mereka, Indonesia pernah mencatatkan sejarah mencetak band rock gokill pada akhir tahun 1960-an.
Mereka bukan Koes Bersaudara ataupun Koesplus atau Pambers, mereka adalah The Tielman Brothers.
The Tielman Brothers adalah orang keturunan maluku yang besar Surabaya dan pindah ke Belanda untuk mengadu nasib.
Mereka adalah kakak beradik dari pasangan Herman Tielman dan Flora Lorine Hess.
Pasangan kakak beradik ini antara lain, Andy Tielman (lead guitar, vocals), Reggy Tielman (2nd lead guitar, vocals),
Ponthon Tielman (double bass, vocals)Loulou Tielman (drums, vocals).
band inilah yang meng-inspirasikan THE BEATLES!!!
band ini datang sebelum masa-masa Rock and Roll…
Padahal jauh sebelum The Beatles terkenal dan saat Beatles masih manggung di cafe2 dan bar kecil di Jerman
Tielman Brothers telah wara wiri di stasiun televisi Jerman,

Kebiasaan bermusik di keluarga yang kental lah yang membuat Tielman bersaudara ini sangat mahir dalam bermusik,
dan menciptakan sound-sound yang aneh pada zamannya. Cerita The Tielman Brothers dimulai ketika di Surabaya 4 bersaudara
Tielman kecil sering memainkan lagu-lagu daerah pada tahun 1945.
Mereka tampil saat sang Ayah yang berprofesi sebagai komandan tentara KNIL sering mengajak rekan-rekannya berpesta di rumah.
Tak disangka ternyata penampilan kakak beradik ini sangat memukau penonton yang hadir dalam pesta itu.
Karena yang hadir dalam pesta itu notabenenya adalah pejabat-pejabat maka The Tielman Brother tidak kesulitan
untuk tampil di berbagai pagelaran musik.
Mereka pernah tampil di Timor-timur bahkan mereka pernah tampil di hadapan presiden Soekarno di Jakarta
pada bulan Desember 1949.

Saat itu mereka masih membawakan lagu-lagu dari Les Paul, Elvis Presley, Little Richard, Bill Haley, Fats Domino,
Chuck Berry and Gene Vincent.
Dan mulai saat itu mereka berkonsentrasi untuk memainkan rock n roll yang lebih garang.
Tahun 1957 mereka mendapat kesempatan untuk tour di Belanda,
akhirnya The Tielman Brothers memutuskan untuk hijrah ke Belanda mengingat masa depannya akan lebih baik jika berada di negeri kincir angin itu.
Penampilan pertama mereka adalah di Hotel De Schuur di Breda, dengan membawakan versi lain dari lagu Bye Bye Love nya The Everly Brothers.
Setelah penampilan yang heboh di Belanda, The Tielman Brothers semakin dikenal di seluruh Belanda
bahkan mereka sering diundang tampil di Belgia dan Jerman.
Pada awal tahun 1960 The Tielman Brothers merilis 4 lagu ciptaan mereka sendiri,
lagu itu antara lain My Maria, You’re Still The One, Black Eyes, dan Rock Little Baby.
Lagu ciptaan mereka ternyata banyak disukai oleh orang-orang Belanda.
Orang-orang Belanda sering menyebut aliran musik The Tielman Brothers sebagai aliran Indorock.
Orang Belanda menyebut Indorock karena kebanyakan band-band tersebut beranggotakan orang-orang Indonesia.
Selain The Tielman Brothers ada juga Band Electric Johnny & his Skyrockets , The Crazy Strangers,
The Crazy Rockers dan The Black Dynamites(Los Indonesios).

Ada beberapa fakta yang sangat mengejutkan dari band ini.
Jauh sebelum publik rock terpesona dan berdecak kagum dengan permainan gila gitaris Jimi Hendrix pada tahun 1967,
salah satu personil The Tielman Brothers, Andy Tielman, sang frontman telah memulai teknik tersebut pada tahun 1956
atau 11 tahun sebelum Jimi Hendrix bereksperimen dengan gitarnya.
Gaya Andy dan teknik gitarnya sangat memukau.
Gitar yang dipetik menggunakan gigi, kaki, jauh mendahului Jimi Hendrix.

Perlu di catat menurut sejarah Paul Mc Cartney sering mendatangi show band-band Indorock di jerman
dan dia sangat terinspirasi akan musik-musik band indorock.
Konon, Paul McCartney ternyata mengagumi band ini dan terinspirasi The Tielman Brothers sebelum The Beatles terkenal
pada awal 1960-an. Maklumlah, The Tielman Brothers telah membawakan lagu-lagu rock n roll jauh sebelum The Beatles muncul.
Saat The Beatles manggung pertama kali di Jerman,
grup band asal Inggris ini sempat melihat penampilan The Tielmans Brothers yang manggung menggunakan Hofner Violin bass.
Dan saat itulah untuk yang pertamakalinya Paul melihat Bass Violin Hofner.
Andy Tielmans sang gitaris memakai Fender Jazz Master khusus 10 strings.
Fender sengaja mengirim representative-nya ke Jerman saat itu untuk merancang gitar buat Andy Tielmans.

Dengan membawa budaya tropis dan kecintaan kepada gitar,
mereka melahirkan Indorock yang bercirikan dominasi gitar yang dipadukan dengan musik Hawaii, country, dan Rock n Roll.
Panggung tempat mereka bermain selalu dipenuhi aksi-aksi spektakuler di jamannya :
style main gitar dengan meliuk ala Heavy Metal 80-an, aksi manggung liar ala Punk,
main drum sambil berdiri ala Lars Ulrich Metallica, dan mbetot bas di bawah ala Korn.

Jauh sebelum Jimi Hendrix, Jimmy Page, atau Ritchie Blackmore mempopulerkan atraksi bermain gitar dengan gigi,
di belakang kepala atau di belakang badan, Andy Tielman telah memperkenalkan aksi akrobatik legendaris ini
sejak tahun 1957 bersama The Tielman Brothers.
Dedikasi dan inovasi Andy yang sangat berpengaruh bagi perkembangan budaya pop belanda membawa gelar
The Godfather of Dutch Rock & Roll, The Uncrowned King of Indorock,
dan penghargaan Order of the Orange-Nassau ke pangkuannya.

Sayang nampaknya di Indonesia sendiri eksistensi mereka kurang dikenal,
orang Indonesia lebih menyukai The Beatles, Jimmy Hendrik, dan Rolling Stones.
Padahal sebelum The Beatles terkenal Paul Mc Cartney pernah menonton band-band Indorock
dan dia sangat terinspirasi akan musik-musik band indorock.
Lalu teknik permainan gitar sang dewa gitar Jimmy Hendrik sebenarnya sudah dimainkan secara apik oleh The Tielman Brothers.
Jadi berbanggalah Indonesia pernah memiliki The Tielman Brothers.

Lima Puluh Artis Rock n' Roll Abadi

Majalah Rolling Stone pada 15 April lalu menerbitkan edisi khusus dengan laporan utama Sang Abadi: Lima Puluh Artis Terbaik Sepanjang Masa. Edisi khusus ini diterbitkan dalam rangka memperingati 50 tahun sejarah musik rock yang dimulai 5 Juli 1954, ketika Elvis Presley merekam lagu That’s All Right di Sun Studio di Memphis, Amerika Serikat.
Mereka bukan cuma artis rock’n’roll terbesar sepanjang masa," tulis majalah itu. "Lima puluh artis lelaki dan perempuan ini adalah juga penyanyi, penulis lagu, pembuat album, dan juga penghibur yang menyentuh hati kita setiap hari sepanjang hidup. Bahkan, ketika mereka sudah tidak ada lagi bersama kita," sambung Rolling Stone.
Mereka juga merupakan pembuat jejak, guru, sekaligus bintang hiburan. Lebih dari itu, daftar 50 terbaik ini lebih dari cuma sekadar peringkat biasa.
Apa yang mereka berikan merupakan pelajaran penting dalam sejarah rock’n’roll dan kelangsungan kekuatan jenis musik tersebut yang senantiasa memberikan inspirasi maupun transformasi. Lebih dari itu, daftar 50 pemusik terbaik ini dilengkapi pula dengan puja-puji yang dilakukan orang-orang terkenal yang juga berprofesi serupa.
Rolling Stone pada tahun ini merencanakan tiga penerbitan atau edisi khusus untuk memperingati kejayaan rock’n’roll. Dan daftar 50 terbaik ini merupakan seri pertama dari penerbitan khusus tersebut.
Rolling Stone secara sengaja memilih tanggal 5 Juli 1954 yang bersamaan dengan rekaman lagu Elvis Presley itu. Pada tanggal itu, sang sopir truk yang baru berusia 19 tahun itu bukan hanya merekam singel saja untuk dijual kepada pendengar.
Lebih dari itu, Elvis Presley menciptakan sebuah dunia baru, juga menguak jalan baru bagi manusia untuk mengekspresikan gaya hidup dan pendapat. Sekalipun ada tanggal bersejarah, patut pula dicamkan bahwa keabadian rock’n’roll tidak pernah mengenal ukuran-ukuran tertentu.
Majalah musik terkemuka yang diterbitkan di Amerika Serikat (AS) ini juga mempunyai wibawa atau legalitas dan legitimasi yang memadai untuk mengadakan penilaian terhadap musik rock’n’roll. Salah seorang pendiri Rolling Stone, Jann Wenner, pada 15 Maret lalu menerima penghargaan dari institusi Rock And Roll Hall Of Fame karena pencapaiannya dan sumbangannya kepada musik rock’n’roll.
Wenner bersama Ralph Gleason, yang sudah almarhum, menerbitkan Rolling Stone pada tahun 1967. "Ia merupakan penggemar musik yang penuh gairah. Ia menempatkan rock’n’roll di puncak keemasan. Memang banyak penggemar yang menyukai musik jazz, namun rock’n’roll berlari jauh lebih cepat," kata Mick Jagger, vokalis Rolling Stones, dalam pidato ketika mengenalkan Wenner dalam acara pemberian penghargaan tersebut di New York, AS.
Kembali ke daftar 50 musisi terbaik. Proses pemilihan dimulai tahun yang lalu dengan pembentukan sebuah panel yang terdiri atas 55 musisi, sejarawan, eksekutif rekaman, dan wartawan yang sangat terpilih. Mereka dipilih oleh tim editor Rolling Stone yang mengadakan seleksi secara hati-hati.
Ke-55 orang terkenal itu mula-mula diminta memilih 20 artis terbaik menurut preferensi masing-masing. Kriteria tunggal yang dipilih adalah mereka yang sangat berpengaruh dalam sejarah 50 tahun musik rock dan yang sampai sekarang masih sangat berpengaruh karyanya.
Di antara nama-nama ternama terdapat dua gitaris ternama, Keith Richards dari Rolling Stones dan Joe Perry dari Aerosmith. Kemudian ada pula gitaris kondang lainnya, Slash-yang dulu bermain untuk Guns n’Roses dan kini memperkuat Velvet Revolver-serta The Edge dari U2 dan Pete Townshend dari The Who.
Dari kalangan vokalis ada Neil Diamond, Art Garfunkel, dan Lucinda Williams. Dari kalangan industrialis musik ada David Geffen yang mendirikan Asylum Records dan Geffen Records atau Jerry Wexler yang pernah menjadi Wakil Presiden Atlantic Records dan kini menjadi produser andal.
Dari kalangan pers tentu saja ada Wenner. Selain itu, ada wartawan musik Robert Hibburn dari Los Angeles Times, Chrissie Hynde dari New Musical Express, serta Lenny Kaye dari Nuggets. Sutradara terkenal Quentin Tarantino juga ikut berpartisipasi.
Ternyata, lebih dari 125 musisi atau band yang dipilih dan masuk ke daftar awal. Seluruh suara atau preferensi yang masuk kemudian ditabulasi menurut sistem poin yang diterapkan oleh perusahaan akuntansi terkenal, Ernst & Young.
Setelah itu, barulah Rolling Stone menunjuk 50 musisi dan produser musik terkemuka lainnya. Tugas mereka adalah menulis tentang bagaimana pentingnya karya 50 artis terbaik itu, yang terdiri atas musisi tunggal maupun grup atau kelompok.
Seluruh 50 penulis menggali secara mendalam karya pilihan mereka dan juga memberikan sentuhan lain berupa kehidupan pribadi masing-masing artis. Selain itu juga apa gerangan sumbangan mereka kepada masyarakat maupun sejarah musik pada umumnya.
Van Morrison, misalnya, menulis mengenai sumbangsih Ray Charles kepada perkembangan musik soul. Robbie Robertson menulis dengan penekanan khusus pada proses penulisan lirik mahakarya Bob Dylan, Blonde On Blonde.
Kemudian, Steven van Zandt mengulas tentang musik R&B yang diolah secara genius oleh Jagger dan Richards dari Rolling Stones. Patut dicatat, selama 40 tahun berkiprah, sampai saat ini belum ada kelompok yang mampu menyaingi kehebatan petualangan musik dan panggung Rolling Stones.
Salah satu personel Red Hot Chili Peppers, Flea, menulis tentang jasa Neil Young kepada musik rakyat. Uniknya, si raja rock’n’roll Little Richard menggoreskan penanya mengenai sepak terjangnya sendiri!
Hebatnya, Richard mengungkapkan mengenai perbedaan antara sukses dan keabadian. "Saya berharap banyak kejadian yang semestinya berbeda," tulis Richard. "Oleh sebab itu, saya sebenarnya tidak layak menerima penghargaan yang berlebihan seperti ini," lanjutnya dengan nada rendah hati.
DAN, seperti sudah diduga dengan mudah oleh siapa pun, peringkat teratas ditempati oleh The Beatles. Adalah vokalis bersuara unik, Elvis Costello, yang mengkaji kembali mengenai grup asal Liverpool (Inggris) ini.
"Semua lagu mereka pasti mengejutkan setelah dirilis. Dibandingkan dengan Rolling Stones yang mengusung musik R&B, The Beatles justru tidak mewakili aliran apa pun. Mereka mencampurkan musik Buddy Holly, Everly Brothers, dan Chuck Berry. Namun, mereka pun menulis lagu sendiri. Oleh sebab itulah, musik hasil gubahan mereka sendiri menjadi lebih dari yang diharapkan orang, yang masuk dalam kategori kekecualian jika dibandingkan dengan karya lain," tulis Costello.
Menurut Costello, John Lennon dan Paul McCartney merupakan penulis lirik yang tidak akan pernah tertandingi oleh siapa pun. "Album favorit saya adalah Rubber Soul dan Revolver. Pada dua album ini Anda lagi-lagi mendengarkan jenis musik lainnya yang merupakan campuran antara R&B, musik Dylan, dan psikedelia. Anda akan selalu tahu mereka setiap kali pasti menulis musik yang berbeda lagi," tulis Costello.
Sama dengan The Beatles, Dylan pun sukses mencampur- campur berbagai jenis musik sehingga menjadi lebih enak didengar. "Ia merupakan vokalis yang sangat berpengaruh sekaligus musisi yang yang memiliki begitu banyak karakter melalui suaranya. Namun, yang paling membuat saya terkesan adalah bagaimana dia dipengaruhi oleh kehidupan yang penuh perubahan," tulis Robertson.
"Ia datang dari Minnesota, lalu ke New York. Ada rasa keras, rasa sulit, yang menjadi salah satu pendekatan dalam menulis lirik yang penuh karakter. Inilah sebuah pemberontakan, yang jika dilihat melalui sebuah sudut pandang, terhadap kemurnian musik rakyat. Dalam lagu Like A Rolling Stone atau Ballad Of A Thin Man, Dylan si pemberontak melakukan pemberontakan terhadap pemberontakan," tulisnya.
Bono, vokalis U2, kebagian tugas menulis tentang Elvis Presley. Menurut Bono, Elvis bukan cuma mengubah musik, tetapi juga seks dan politik. "Pada Elvis, Anda melihat semua hal melalui suara dan tubuh dia. Begitu dia mengubah bentuk, dunia pun berubah," tulis Bono.
Menurut Bono, Elvis merupakan ikon tahun 1950-an yang pada dekade selanjutnya melahirkan begitu banyak turunan. "Pada tahun 1970-an, ia mengubah kesohoran menjadi olahraga yang berdarah. Namun, yang menarik, semakin sering ia menginjak Bumi, maka semakin jelas pula bahwa ia dianggap seperti Tuhan oleh para penggemarnya," tulis Bono.
Bono menilai Elvis keburu mati sebelum matang karena semangat yang tiba-tiba patah. Dunia rock’n’roll menyesali situasi yang dihadapi Elvis ketika itu, yang terjadi karena begitu banyak masalah pribadi yang tidak kuat dihadapinya.
"Menurut saya, periode pertunjukan Elvis di Las Vegas merupakan yang paling emosional. Ketika itu Elvis jelas tidak mampu lagi mengontrol hidupnya. Mengapa idola kita mati, atau mengapa kita tidak puas ketika sang idola masih hidup? Namun, seperti Anda tahu, Elvis-lah yang melumat Amerika sebelum Amerika menelan Elvis," tulis Bono lagi.
Sementara Van Zandt mengenang Rolling Stones ketika Jagger dan kawan-kawannya tampil di sebuah acara televisi tahun 1964. Ketika itu Stones mirip dengan The Beatles dengan seragam yang nyaris serupa dan musik yang juga mirip.
Lalu, apa bedanya? Tiba-tiba Mick Jagger bilang mereka bukan musik pop. Dan seks yang lekat pada diri Jagger membuat Stones menjadi lebih dewasa daripada The Beatles.
"Ini bukan seks untuk musik pop. Ini dunia yang riil. Jagger mempunyai kemampuan berbicara yang datang dari musik R&B dan musik blues tanpa perlu bernyanyi utuh. Ketika suara Jagger diterima pendengar radio, itulah sebuah titik balik yang penting," tulis Van Zandt.
Menurut Van Zandt, Jagger membuka pintu untuk semua orang. Tiba-tiba, Eric Burdon, Van Morrison, bahkan Dylan, tidak seaneh Stones.
"Memang unik seorang bocah kulit putih bernyanyi seperti orang berkulit hitam. Elvis Presley sebenarnya yang memulai, Jagger merupakan orang kedua yang melakukannya. Tak ada bocah putih yang begitu," tulis Van Zandt.
Menurut Van Zandt, "Penyanyi-penyanyi kulit putih berdiri tegak dan bernyanyi bersama- sama, seperti apa yang dilakukan The Beatles."
Kata Van Zandt, waktu itu musik kulit hitam diasosiasikan dengan ibadah di gereja, pada saat orang-orang berpasrah kepada Tuhan.
Lain dengan Jagger yang justru tidak mau memasrahkan dirinya kepada sebuah kekuatan. Ia malahan mendominasi panggung, berbuat sesuka dia, tanpa pernah ada restriksi apa pun.
"Itulah yang dilakukan Jagger. Ada sedikit gerak ala James Brown atau Tina Turner pada Jagger. Namun, James Brown atau Tina Turner berdansa dengan sangat rapi. Lain dengan Jagger yang berantakan namun menawan. Gaya panggung dia diikuti dan diperbaiki oleh Iggy Pop atau Jim Morrison, namun Jagger-lah sang penemunya," tulis Van Zandt.
Dan semua gitaris pasti menyebut Chuck Berry sebagai salah satu sumber inspirasi penting. "Seperti semua gitaris segenerasi, saya pertama kali mendengarkan permainan gitar Chuck Berry setelah mengetahui The Beatles dan Rolling Stones. Saya sangat terkesan dengan lagu-lagu The Beatles seperti Roll Over Beethoven atau lagu Stones yang tenar, Around And Around," tulis Joe Perry, gitaris Aerosmith.
Ternyata kedua lagu itu merupakan karya Chuck Berry. Setelah mengetahui betapa besarnya pengaruh Chuck Berry, sampai sekarang Joe Perry masih rutin mendengarkan musik pujaannya tersebut.
"Dia memang agak terlupakan belakangan ini. Musiknya jarang didengar lagi di radio, namun dia merupakan sebuah artefak terpenting dalam sejarah gitar rock’n’roll," tulis Joe Perry. "Jika Anda mau belajar rock’n’roll, mau bernyanyi rock’n’roll, Anda mesti mendengarkan Chuck Berry dulu," lanjutnya.
"Saya merasa beruntung pernah bersalaman dengan dia. Namun, saya belum pernah mengatakan tentang pembelajaran rock’n’roll yang semestinya dimulai dari musik Chuck Berry. Kami hanya sempat bertemu sebentar saja di bandara, tetapi itu pun di tahun 1970-an. Ada yang bilang dia berada di bandara dan saya mendatangi dia. Sayang, dia cuma mau bersalaman, tak mau berbicara apa pun," tulis Joe Perry lagi.
ARTIS kulit hitam lain yang masuk ke dalam daftar 50 terbaik adalah Aretha Franklin dan Ray Charles. Sebagai vokalis, Franklin menulis karya sendiri hanya untuk dirinya sendiri yang didasarkan pada pengalamannya mendalami musik gospel alias musik gereja.
Menurut Jerry Wexler, Franklin menjadi besar karena latihan keras di koor gereja yang membuat dia akhirnya dipandang sebagai artis genius dan dihargai di seluruh dunia. "Ia tidak memiliki latar belakang sebagai pemain piano musik klasik, namun menjadi pianis brilian yang mampu menggabungkan karya-karya besar sebagai acuan untuk musiknya sendiri," tulis Wexler.
Sedangkan Charles menjadi bukti bahwa musik bisa melewati semua batas denominasi. Ia pandai memainkan semua jenis dengan sikap yang jujur pada dirinya sendiri. Ia pun mampu bekerja sama dengan pemusik-pemusik jazz dari mana pun meskipun panggilan jiwanya jelas musik R&B.
"Musik karya Charles tak perlu dijual dengan teori pemasaran apa pun. Musik dia mengglobal dan daya tariknya universal. Ia mengubah musik dengan menjadi dirinya sendiri dan menerjemahkannya kepada jutaan penggemar dari berbagai macam kalangan. Inilah warisan terbesar Charles. Menurut saya, musik Ray Charles akan lebih abadi daripada karya- karya pemusik yang kelasnya cuma seperti saya," tulis Van Morrison.
Namun, jika berbicara mengenai jasa pemusik hitam, Jimi Hendrix merupakan ikon untuk jenis rock. Menurut vokalis/gitaris John Mayer yang populer belakangan ini, yang membuat Hendrix hebat adalah peranannya yang menjadi semacam basis atau markas besar yang disebut sebagai "Hendrix International Airport" bagi hampir semua penggemar rock di dunia.
"Apakah Anda seorang penggemar Black Sabbath atau Elmore James, apakah Anda penggemar Hanson atau Grateful Dead, Hendrix menjadi pemicu yang meledakkan musik kontemporer. Sangat banyak aspek musiknya, bahkan terlalu banyak," tulis Mayer.
"Apakah ia seorang pemusik blues? Dengarkanlah Voodoo Chile dan Anda mendapatkan musik blues terbaik yang pernah ada. Apakah dia pemusik rock? Ia menyukai volume yang tinggi sebagai senjatanya. Itulah rock. Apakah ia penulis lirik yang sensitif? Dalam lagu Bold As Love ia menulis, My yellow in this case is not so mellow/In fact I’m trying to say it’s frightened like me. Itu lirik seorang lelaki yang tahu bentuk hatinya," tulis Mayer.
Hendrix sering dianggap sebagai sosok gitaris rock yang serbakeras dan sekaligus psikedelik. Padahal, dalam lagu One Rainy Wish atau Little Wing, ia memetik gitar dengan halus, penuh rasa, dan mengerikan. "Rasanya sama seperti kakek Anda bangun dari kubur, lalu Anda menghabiskan waktu selama satu menitan. Lalu dia pergi. Begitu sempurna," tulis Mayer lagi.
Dari daftar 50 pemusik terbaik, ada beberapa nama yang sudah lama dikenal di AS, seperti Bob Marley, The Beach Boys, Buddy Holly, atau Stevie Wonder. Salah satu grup besar Inggris lain yang masuk ke dalam daftar ini adalah Led Zeppelin.
Semua orang tahu, musik jenis heavy metal tidak akan pernah ada tanpa Led Zeppelin. Kalaupun ada, mana mungkin mereka melebihi grup yang diperkuat Jimmy Page, Robert Plant, John Paul Jones, dan John Bonham ini?
Menurut pengakuan Dave Grohl, Zeppelin mengubah hidupnya secara drastis. "Saya orang yang pernah religius. Namun, ternyata Zeppelin yang menjadi entitas spiritual saya," tulis Grohl.
Dia mendengar Zeppelin pertama kali lewat Stairway To Heaven ketika berusia tujuh tahun. Sejak itu Grohl tidak pernah berpisah dengan musik sehingga tidak aneh jika Grohl kemudian memborong semua album Zeppelin ketika ia masih remaja.
Sejak itu pula, sejak awal sampai sekitar pertengahan tahun 1970, Zeppelin mengubah musik rock menjadi sebuah institusi yang kokoh, penuh gairah serta kekerasan, dan menjadi tempat pemujaan bagi setiap remaja dunia.
Warisan terbesar Zeppelin adalah keandalan setiap personelnya dalam melakukan tugas sebagaimana mestinya, apakah sebagai vokalis atau gitaris. Menyelesaikan kerja dengan sempurna, itulah yang mahapenting untuk menjadi musisi rock’n’roll yang layak disebut abadi. (hanief)